Minggu, 29 April 2018

BAHASA TUBUH DAN BAHASA NON VERBAL



BAHASA TUBUH
DAN
BAHASA NON VERBAL


Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
teknik lobi, negosiasi, diplomasi
dan
marketing

Dosen:
Serepina Tiur Maida, S.Sos., M.Pd
NIDN. 0307067203
Oleh:
Suwanti Indriani (163124350057002)
Praditya Primadi (20153124350050001)



Fakultas llmu Komunikasi
Program Studi Humas
U n i v e r s i t a s  M p u  T a n t u l a r
Jl. Cipinang Muara Besar No 2 Jakarta Timur


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------- i
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------     ii
BAB I PENDAHULUAN
11.1  Latar Belakang---------------------------------------------------------------------------- 1
11.2  Tujuan Penulisan------------------------------------------------------------------------- 3
BAB II PEMBAHASAN
22.1  Pengertian Komunikasi Non Verbal dan Bahasa Tubuh------------------------- 4
22.2  Fungsi Komunikasi Non Verbal………………………………………..----- 5
23.3  Enam Ciri Utama Komunikasi Non Verbal……………..………………...   6
24.4  Tiga Bagian Utama Komuniksi Non Verbal…………………………...----- 7
25.5  Komunikasi Ruang………………………………………………………… 8
26.6  Faktor-faktor Komunikasi Ruang…………………………………………. 9
27.7  Fungsi Bahasa Tubuh dalam Lobi dan Diplomasi………………………..   9

BAB III PENUTUP
3.1.1        Kesimpulan---------------------------------------------------------------------- 13
3.1.2        Saran------------------------------------------------------------------------------ 13
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Bahasa Tubuh dan Komunikasi Non Verbal” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Serepina Tiur Maida, S.Sos., M.Pd selaku Dosen mata kuliah Teknik Lobi, Negosiasi, Diplomasi dan Marketing yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.


BAB I
PENDAHULUAN

11.1  LATAR BELAKANG
Lobi adalah salah satu kegiatan komunikasi yang bersifat informal. Sebagai bagian dari kegiatan komunikasi yang salah satu tujuannya untuk mempengaruhi sasaran lobi maka pemahaman akan Bahasa tubuh bagi pelobi sangatlah penting.
Ada beberapa alasan mengapa pelobi harus menguasai Bahasa tubuh yang merpakan Bahasa dalam wujud isyarat nonverbal. Beberapa ahli komunikasi yakin, boleh dikatakan dari total 100% pesan yang diterima komunkan dari komunikator, pesan berwujud isyarat nonverbal lah yang terbesar. Komposisi perbandingan pesan yang dipergunakan manusia saat berkomuniksi tersebut adalah 58% dalam wujud Bahasa isyarat atau Bahasa tubuh, selebihnya 34% berupa nada suara atau intonasi dan terakhir,pesan berupa kata-kata hanya sebesar 8%.
Bisa dibayangkan betapa besarnya fungsi isyarat nonverbal bagi komunikasi manusia ataupun bagi kehidupan manusia. Untuk mengilustrasikan betapa besarnya peran bahasa tubuh ini, kita dapat mengumpamakan dua orang yang sedang berkomuniksi di alam terbuka. Pada mereka tidak ada yang beda kegiatan komunikasi lainnya. Kecuali satu hal, tentunya, tubuh kedua orang tersebut seluruhnya dibalut gips seperti mummi.Keduanya tidak bisa bergerak, yang bergerak hanya bibirnya dan matanya. Meski kita dapat berkata bahwa pada keduanya komunikasi yang bisa keluar hanya pesan berupa kata-kata, biasanya isyarat non verbal tetap tidak bisa dihilangkan. Dari sorot mata kesal, marah, atau tanda menyerah, dan dari gerak bibirnya yang menunjukan ketidaknyamanan atau penderitaan, semuanya menyiratkan bahwa bahasa isyarat nonverbal tetap dipakai, tidak bisa dihindari atau dicegah.
Alasan berikutnya adalah pelobi dalam melakukan kegiatan lobinya hanya memiliki tujuan tanggal, yaitu mempengaruhi sasaran lobinya. Agar tujuan lobinya tercapai, pelobi tidak hanya harus bisa membaca apa yang terucap oleh sasaran lobi, pelobi harus pula mampu membaca pesan-pesan tidak terucap. Dengan kata lain, meski pelobi tidak mungkin membaca seluruh isyarat bahasa non verbal tersebut, namun untuk keberhasilan lobinya dia harus mampu membaca sebanyak mungkin pesan baik terucap maupun tidak terucap dari komunikan yang menjadi sasaran lobinya.
Untuk keberhasilan lobinya, kemampuan membaca pesan nonverbal ini juga masih harus dipadukan dengan kemampuan membaca dan memahami sifat, akarakter, dan ciri kepribadian yang memiliki komunikan yang menjadi sasaran lobinya. Untuk menggolkan maksud kita dalam berkomunikasi, kita harus bisa mempengaruhi. Untuk bisa mempengaruhi harus bisa mengetahui harapan-harapan, keinginan-keinginan, cita-cita, nilai-nilai yang dimiliki sasaran lobi. Pada intinya, komunikasi juga tidak hanya bersifat interaksionis, tetapi juga transaksional.
Seseorang mau mengabulkan usulan, sasaran lobi mau mendengarkan pesan, mau nyetujui keinginan, mereka akan melakukan perhitungan untung rugi terlebih dahulu. Sudah tentu mereka tidak mau menerima usulan yang diajukan jika dia hanya mendpatkan kerugian. Kalau pun mereka mau menerima usulan meski akan menerima kerugian, karena mereka juga punya perhitungan bahwa mereka harus mendapatkan kompensasi atas kerugian yang diterimanya.
Kita harus membaca yang dirasakan, dipikirkan, dan diharapkan sasaran lobi kita. Itu bisa diketahui bila membaca pesan yang mereka sampaikan dari pesan terucap, dan juga bisa membaca pesan-pesan tidak terucap.
Akan tetapi, untuk tidak salah paham memahami, bahasa tubuh (gesture) tidak sama dengan bahasa atau komunikasi nonverbal. Bahasa tubuh adalah bagian dari bahasa atau komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal terdiri dari bahasa tubuh (sering disebut pesan tubuh atau gesture), ekspresi wajah, kontak mata, jarak anatar tubuh (proxemics), dan cara berpakaian. Sebagian penulis menyebutkan bahwa diam seseorang masuk ke dalam komuniksi nonverbal.


11.2  TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Komunikasi Non Verbal dan Bahasa Tubuh?
2.      Untuk mengetahui fungsi dari Komunikasi Nonverbal?
3.      Untuk mengetahui Ciri utama dari Komunikasi Nonverbal?
4.      Untuk mengetahui tiga bagian utama Komunikasi Nonverbal?
5.      Untuk mengetahui Fungsi Bahasa Tubuh dalam Lobi dan Diplomasi?
6.      Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Teknik Lobi, negosiasi, diplomasi dan Marketing?


BAB II
PEMBAHASAN


2.1.   Komunikasi Non Verbal dan Bhasa Tubuh
2.1.1.      Pengertian Komunikasi Non Verbal dan Bahasa Tubuh
Ada beberapa hal yang perlu dipelajari dalam mengasah kemampuan membaca tubuh. Dianaranya memahami fungsi bahasa tubuh, mengetahui ciri-ciri bahasa tubuh, mengetahui dasar-dasar gerakan tubuh, dan beberapa pedoman lainnya.
Seorang pelaku bisnis MLM (Multi Level marketing) yang mencapai tingkat tinggi, peringkat Diamond,mengungkapkan, bila kita menguasai isyarat-isyarat bahasa tubuh yang dipadukan dengan penguasaan tentang sifat-siafat dan kepribadian manusia, maka kita akan dapat menjadi peramal, meramal nasib manusia, memotivasinya, dan mangantarkan ke tingkat sukses. Meski ucapan tersebut bernada hiperbola atau ungkapan, kiasan atau pernyataan yang dibesar-besarkan (berlebihan) guna memperoleh efek tertentu, namun ucapan tersebut ada benarnya. Mengapa demikian? Sebab lawan biacara kita akan kagum dan merasa takluk, tidak dapat lagi berkilah, tidak dapat lagi menutup-nutupi perasaannya, sehingga mereka mau mendengar pesan-pesan kita, mengikuti dan menuruti permintaan kita. Sama seperti seorang bocah bersikap terhadap orang tuanya.
Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja, komunikasi nonverbal secara umum didefinisikan sebagai “ pesan-pesan yang diepresikan secara sengaja atau tidak sengaja melalui gerakan atau tindakan atau perilaku atau suara-suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa”.
Sedangkan menurut Richard E. Potter dan Larry A. Samoval dalam Intercutrular Communication : A Reader ( Cengage Learning, 2014),Bahasa tubuh adalah proses pertukaran pikiran dan gagasan dengan menyampingkan pesan berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambing yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh.
Dalam banyak buku definisi bahasa tubuh juga banyak ragamnya. Namun, yang lebih mendekati topik bahsa kita disebutkan bahasa tubuh adalah gerak-gerik dan posisi tubuh yang dilakukan secara sadar ataupun tidak, yang mengkomunikasikan pikiran dan perasaan seseorang.
Perlu diperhatikan dengan seksama disini adlah penggunaan istilah “diekspresikan secara sengaja atau tidak sengaja” dan “ dilakukan secara sadar ataupun tidak”. Dari sitilah tersebut kita bisa menangkap dua buah prinsip yang sangat penting untuk kegiatan komunikasi. Pertama, komunikasi nonverbal harus dilakukan dengan sadar dan sengaja. Prosesnya selalu dimulai dengan pemberian makna serta perumusan pesan dan diakhiri dengan pengiriman pesan. Komunikasinya, pengiriman pesannya secara sadar karena dia punya motif-motif teretntu.
Kedua, pesan-pesan nonverbal bisa dieskspresikan secara tidak sengaja ataupun sengaja, dan secara sadar ataupun tidak. Jadi, secara tidak sengaja ataupu sengaja bisa saja pesan-pesan nonverbalnya keluar. Hal yang menarik disini, yang diekspresikannnya adalah perasaannya-perasaannya dan pikirannya.Sejalan dengan hal itu, bila pikiran lawan bicara kita jujur danbersih, amaka pean yang disengaja ataupun tidak disengaja tetap berupa pesan jujur, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, apa pun gerakan isyarat yang muncul bisa segera ditangkap oleh polisi yang mengintrogasinya (Vijaya Kumar, 2002).
Dalam praktik muncul istilah lobi mungkin karena alsan tersebut. Sasaran lobi bila tetap duduk di kursinya di kantor, maka ia akan bersembunyi di balik topeng perusahaannya, dibalik topeng instansi pemerintah, dibalik jabatan atau kursi kedudukan.mereka akan mengatur duduknya, bicaranya, hingga bahasa tubuhnya. Itu sebabnya, bila ingin berhubungan dengan para karyawan yang memiliki jabatan, mereka perlu ditarik ke luar kursinya. Keberhasilan kita menarik keluar dari kantornya dan kursinya akan membongkar benteng kamuflase dalam dirinya.

2.1.2.      Fungsi Komunikasi Nonverbal
Devito (2001) mengutip Ekman (1965) dan Knapp (1978) mengatakan ada enam fungsi bahasa nonverbal. Keenam fungsi nonverbal tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Fungsi Menekankan
2.      Fungsi Melengkapi
3.      Fungsi Kontradiksi
4.      Fungsi Mengatur
5.      Fungsi Mengulangi
6.      Fungsi Menggantikan

2.1.3.       Enam Ciri Utama Komunikasi Non Verbal
Dalam memahami buntuk kepentingan sukses sebuah lobi, Devito (2001) memeberi beberapa pedoman. Setidaknya, ada enam ciri utama komunikasi nonverbal. Keenam ciri tersebut adalah :
1.      Isyarat Nonverbal Bersifat Komunikatif
Dalam satu interaksi, setiap perilaku nonverbal selalu mengkomunikasikan sesuatu,     contohnya diam. Saat kita diam, kita juga sudah mengkomunikasikan sesuatu. Ada makna dalam sikap diam kita. Konkretnya, ketika kita duduk diam sambil mendengarkan music, itu sudah komunikasi. Saat memandang hampa keluar jendela rumah, itu juga mengisyaratkan pesan. Itu komunikasi.
2.   Isyarat Nonverbal Bersifat konstekstual
Artinya pesan yang terkandung dalam isyarat non verbal tergantung pada konteksnya (Tempat, waktu dan situasinya). Mengedipkan mata pada seorang wanita di bus kota dan di meja poker beda makananya. Kedipan mata di meja poker akan mendapat uang banyak, kedipan mata di bus kota, bila anda lakukan, anda akan mendapat bogem mentah ketupat bengkahulu.
           3. Isyarat Nonverbal Bersifat Paket
Perilaku non verbal apakah itu gerakan tangan, mata, otot tubuh dan sebagainya biasanya bersifat paket atau tandan (cluster). Semua bagian tubuh biasanya berkerja bersama untuk mengomunikasikan makna tertentu. Sama seperti kata dalam dan kalimat dalam bahasa tulis, kita memahami kata-kata yang sulit melalui pemahaman yang keseluruhan kalimat, dalam memahami isyarat non verbal pun demikian. Misalnya, kita sedang mengetahui orang sedang marah atau tidak, maka isyarat yang kita lihat adalah apakah kata-kata verbalnya di ikuti isyarat nonverbal, seperti tubuh dan wajah yang menegang, dahi berkerut, dan sikap yang sedang siap berkelahi.
4.      Isyarat Nonverbal Dapat Dipercaya
Hasil penelitian menunjukan hamper selalu terdapat kekonsistenan antara bahasa verbal dan nonverbal. Jika kita berdusta secara verbal, maka secara nonverbal pun berdusta. Hasil penelitian para ahli juga menemukan, biasanya orang yang berbohong saat berbicara, menggunakan kata-kata yang lebih sedikit dari pada yang tidak. Hasil penelitian juga menemukan pada orang yang berbohong cenderung menggunakan jeda (pause) yang lebih lama sebelum menjawab pertanyaan seseorang. Ciri lain dari orang yang berbohong adalah mereka jarang menggunakan kata-kata yang konkret. Mereka bisanya menggunakan istilah-istilah yang umum seperti, “yah, seperti itulah”, dan seterusnya. Mereka jarang menyebutkan nama tempat atau nama orang secara spesifik. Ciri lainya adalah saat berbicara sering menutup mulutnya dengan tangan yang posisi ibu jarinya di pipi.
5.            Isyarat Nonverbal Dikendalikan Oleh Aturan
Artinya, ada aturan-aturan yang berlaku dalam isyarat nonverbal. Hanya yang memiliki kedudukan lebih tinggi yang boleh menyentuh pundak.
6.         Isyarat Nonverbal Bersifat Metakomunikasi
Artinya, antara pesan yang satu dengan pesan yang lain (baik isyarat verbal dengan isyarat nonverbal, atau isyarat nonverbal dengan isyarat nonverbal) saling berhubungan, saling mengkomunikasikan dan saling menguatkan.

2.1.42.1.4      Tiga Bagian Utama Komunikasi Nonverbal
Devito juga menyebutkan bahasa nonverbal atau bahasa tubuh terdiri dari bagian utama. Pertama, gerakan tubuh; kedua, gerakan wajah; dan ketiga, gerakan mata.
Uraian singkatnya adalah:
1.      Gerakan tubuh. Gerakan tubuh meliputi :
a.      Emblim, yaitu perilaku nonverbal yang langsung menggatikan bahasa verbal.
b.      Illustrator, yaitu perilaku nonverbal yang berfungsi memberi ilustrasi
c.       Affect display, yaitu isyarat nonverbal yang mengekspresikan emosi seseorang dan menunjukkan ekspresi senang ,marah,rasa takut,atau rasa kesal.
d.      Regulator, yaitu isyarat nonverbal yang bersifat mengatur (memonitor,menjaga.atau mengontrol).
e.       Adaptor, yaitu perilaku nonverbal yang berfungsi memuaskan kebutuhan tertentu,misalnya menggarukkan tangan di kepala karena gatal.
2.      Gerakan Wajah. Dalam gerakan wajah ini para peneliti berkeyakinan bahwa pesan wajah dapat mengkomunikasikan kelompok emosi beriku ini:kebahagiaan,keterkejutan,ketakuatan,kemarahan,kesedihan,dan kemuakan/penghinaan. Kelompok emosi di atas seperti ditulis Devito dinamakan affect display primer.
3.      Gerakan Mata .Dalam gerakan mata ini ada fungsi komunikasi yang antara lain untuk :
a.       Mencari umpan balik. Bila kita memandang sunguh-sunguh pada orang yang kita ahak bicara ,artinya kita meminta pendapatnya.
b.      Menginformasikan perihal lain untuk bicara. Seseorang dosen menatap mahasiswanya setelah bertanya. Ini artinya sang dosen mempersilahkan mahasiswanya untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan.
c.       Mengisyaratkan sifat hubungan. Pandangan focus seseorang pada yang lainya adalah menyiratkan adanya tanda sayang. Sebaliknya ,bila pandangan cenderung menghindar,itu bertanda ia sudah membenci lawan bicaranya.
d.      Mengkompensasi bertambahnya jarak fisik. Pandangan mata bisa menjadikan dekat atau makin jauh dengan orang lain.
e.       Fungsi penghindaran kontak mata. Dalam termologi sosiologi kontak mata ternyata memiliki fungsi sosial yang baik,antara lain dengan mengalihkan pandangan kita ke arah yang lain untuk melindungi privasi seseorang.
f.       Pembesaran pupil mata. Bila tertarik atau terangsang pada sesuatu,seseorang biasanya memberbesar pupil matanya.

2.1.5.            Komunikasi ruang
Selain berkomunikasi dengan kata-kata, tubuh, wajah dan mata, kita juga berkomunikasi dengan ruang, wilayah dan sentuhan. Komunikasi ruang juga sering disebut sebaiagai proksemik (proxemics). Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Edward T. Hall (dalam Devito, 2001) seorang ahli antropologi. Devito menyebutkan jarak spesial. Jarak spesial ini, jarak antara kita dengan lawan bicara, akan menentukan maknanya sendiri-sendiri. Jarak spesial tersebut adalah:
a.       Jarak intim. Jarak yang dimulai dari 0-45 cm. dibagi menjadi dua yaitu fase dekat (bersentuhan) dan fase jauh yg masih memungkinkan untuk berjabat tangan.
b.      Jarak pribadi (personal). Jarak ini dimulai dengan 45- 120 cm. pada jarak ini fasa dekat masih bisa bersentuhan  dengan saling mengulurkan tangan. Bila ada oeang masuk kedalam wilayah pribadi ini, orang tersebut merasa tidak nyaman.
c.       Jarak sosial. Jarak disini adalah 120 – 360 cm, jarak untuk urusan pekerjaan. Hubugan bersifat informal.
d.      Jarak Publik. Pada jarak ini, 360 – 750 cm, jarak aman seseorang untuk terlepas dari gangguan atau perasaan terancam.

2.1.6.        Faktor-faktor mempengaruhi komunikasi ruang
a.       Status.
Dalam teori, dua orang yang memiliki status setara cenderung membuat inisiatif agar jarak satu sama lain lebih dekat.
b.      Budaya.
Seseorang juga menentukan caranya mengambil jarak dengan teman bicaranya.
c.       Konsteks.
Sitauasi, tempat, dan waktu). Konsteks ini juga mempengaruhi jarak seseorang dengan jarak lainya saat bicara.
d.      Usia.
Untuk mereka yang usianya lebih tua maka jaraknya saat berkomunikasi cenderung lebih jauh.

2.1.7.  Fungsi Bahasa Tubuh dalam Lobi dan Diplomasi
Para pebisnis yakin dalam membangun hubungan dengan relasi dan mitra bisnisnya kesan pertama sangat penting. Lewat kesan pertama, para pebisnis dapat menilai apakah relasi atau calon mitra bisnisnya bisa dipercaya atau tidak? Bisa diajak kerja sama atau tidak? Mereka bisa diandalkan atau tidak? Bila calon mitra bisnisnya gagal memberikan kesan pertama yang baik, maka hampir dapat dipastikan para pebisnis tersebut urung melanjutkan rencana kerja selanjutnya. Kalaupun mereka berusaha untuk terus mengikaat kerja sama, karena satu dan lain hal, acara pertemuan yang sedang dilaksanakan untuk saling menjajaki, saling mengenal satu sama lain, akan berjalan dengan alot dan lamban. Disisi lain fungsi bahasa tubuh bermanfaat dalam mencairkan suasana dalam lobi, diplomasi, dan negoisasi. Alasan logisnya adalah tidak setiap peretemuan lobi bisa langsung cair suasananya, setidaknya ada situasi ketika masing-masing pihak mencoba menjajaki lawan bicaranya. Mencoba dan membaca maksud untuk bertemu, misalnya. Masing-masing mencoba mengenal satu sama lain. Meski mereka memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu mengenal satu sama lain, mereka tidak otomatis bisa mencairkan kebekuan yang terjadi. Bahasa tubuh sasaran lobi bisa membantu kita sehingga bisa memperkirakan reaksi yang akan dia berikan atas usul-usul dan permintaan kita.
1)   Ketidakpastian dalam melobi atau negosiasi
Penggunaan bahasa tubuh akan sangat penting berdampak terhadap aspek dalam segala hal, bahasa tubuh yang benar akan membuat orang lain merasa tertarik terhadap apa yang kita lakukan. Namun, jika kita salah menggunakan bahasa tubuh maka yang terjadi adalah kesalahpaman yang nanti akan muncul. Gerakan mimik wajah dan gerakan tangan yang tepat saat kita berbicara didepan umum atau saat sedang melakukan negoisasi itu menjadi poin yang penting untuk menarik minat orang lain terhadap apa yang sedang kita bicarakan.
2)      Dapat Membaca Feedback lewat Bahasa Tubuh
Feedback (umpan balik) adalah sebuah pesan yang berfungsi sebagai tanggapan atas pesan yang di sampaikan komunikator. Feedback merupakan reaksi komunikan yang muncuk akibat adanya pesan komuikator. Bila tidak ada pesan komunikator maka tidak ada feedback atau umpan balik. Feedback komunikan bisa menolak pesan komunikator, menentang, hingga memusuhi. Feedback yang demikian adalah feedback yang negatif. Pada feedback yang positif adalah mulai dari komunikan diam (tidak menerima atau menolak, abstain), mengerti, memahami hingga mendukung. Paling ekstrem adalah mengajak orang lain untuk bersama mendukung dan melakukan aksi tindakan sebagaimana dikehendaki komunikator. Jadi saat berkomunikasi komunikator selalu menetapkan tujuan, yaitu komunikan mengerti, memahami, mendukung, dan melakukan sesuai yang diminta komunikator.



3)   Pesan Moral
Pesan moral yang disini adalah janganlah berbohong, bersikaplah jujur dan terus terang, itulah peringatanya. Meski demikian dibalik pesan moral itu ada nilai-nilai positif yang dapat kita Tarik. Dalam menghadapi sasaran lobi, meski ia pandai menyembunyikan suasana hatinya, menyembunyikan perasaanya, dengan sedikit ketekunan anda tetap akan mampu menangkap sinyal sesungguhnya dari pikiran dan perasaanya.
4)      Jebakan yang muncul dalam komunikasi non verbal
Kita juga perliu berhati-hati dalam menafsirkan bahasa tubuh. Silap-silap dapat juga menimbulkan salah penafsiran yang menyebabkan hubungan atau atmosfer positif yang sudah mulai tebangun, rusak seketika. Walau sedikit berbau parodi, bisa kita contohkan seorang pria menggerakan alisnya berulang-ulang saat memandang seorang wanita. Bukan bermaksud menggoda, tetapi dia memang tidak bisa mengendalikan sejumlah jaringan otot sekitar alis matanya. Bila si wanita langsung marah atau langsung tersinggung, tentu keduanya tidak dipersalahkan. Salah pengertian, yang berujung pada negatifnya hubungan hanya karena skalor. Bisa juga muncul salah pengertian hanya karena faktor perbedaan budaya. Sebagai contoh, usapan pada kepala. Pada sebagian budaya menunjukan ketidaksopanan, namun pada sebagian budaya yang lain menunjukan adanya keakraban. Waspada juga terhadap isyarat yang sama namun memiliki arti yang berbeda.
5)   Mendapatkan Beberapa Tips
a.    Alokasikan waktu anda untuk melatih kemampuan membaca dan menggunakan bahasa isyarat ini.
b.   Dalam psikologi dikenal dengan istilah pertumbuhan. Seiring pertumbuhan yang dialami manusia, selain ciri-ciri fisik, ciri-ciri kejiwaan seorang pun mengalami perubahan.
c.    Memeratikan dan menyadari adanya bahasa nonverbal atau bahasa isyarat itu mudah. Namun untuk menafsirkanya yang sulit. Mengapa demikian, sebab tiap-tiap isyarat akan di ikuti isyarat lain  dan isyarat yang mengikutinya bisa memperkuat, bisa menentang bisa mengacaukan. Untuk itu, agar dapat memahami dan mengusainya berlatihlah dengan telaten, sabar, dan teliti. Penguasaan dan pemahaman bahasa tubuh, akan membantu lobi anda berhasil dan sukses.
6)   Dapat Membaca Pikiran Sasaran Lobi
Dalam terminology lobi, kemampuan kita dalam membaca jalan pikiran sasaran lobi juga akan membantu keberhasilan kita dalam melobi. Dengan baiknya kemampuan kita dalam membaca jalan pikiran sasaran lobi, kita bisa mengetahui kebhutuhan-kebutuhanya, harapan-harapanya. Kita juga bisa membaca hal-hal yang tidak ereka sukai, sehingga kita bisa menjauhkan hal-hal yang tidak di sukainya dan tetap mampu menjaga hubungan yang baik denganya. Dengan terpenuhnya semua itu, maka untuk mempengaruhinya bukanlah hal yang sulit lagi. Tentunya keberhasilan kita dalam melobi akan semakin tinggi persentasenya.


BAB III
PENUTUP


33.1  KESIMPULAN
Bahasa tubuh dan Bahasa non verbal sangatlah penting bagi Public Relations (PR) atau Humas dalam Teknik Lobi dan negosiasi, karena dengan adanya kemampuan kita dalam membaca jalan pikiran sasaran lobi juga akan membantu keberhasilan kita dalam melobi. Dengan baiknya kemampuan kita dalam membaca jalan pikiran sasaran lobi, kita bisa mengetahui kebhutuhan-kebutuhanya, harapan-harapanya. Kita juga bisa membaca hal-hal yang tidak ereka sukai, sehingga  kita bisa menjauhkan hal-hal yang tidak di sukainya dan tetap mampu menjaga hubungan yang baik denganya,dengan begitu kita akan lebih mudah mendapatkan menuampaikan tujuan dari perusahaan kita.


33.2  SARAN
Karena kemampuan dalam memahami Bahasa tubuh dan komunikasi non verbal sangatlah penting maka kita sebagai calon generasi Humas di Indonesia atau Public Relations (PR) harus memahami dan menerapkan Bahasa tubuh (gesture) kepada lawan bicara kita.



DAFTAR PUSTAKA


Partao, Zainal Abidin, 2007, Teknik Lobi dan Diplomasi. Jakarta :Indeks

Potter, Richard E dan Larry A, 2014, Intercultural Communication, Boston: Cengage Learning